JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Tiga ekonom peraih Hadiah Nobel Ekonomi atas penelitiannya mengenai kemakmuran nasional dan ketimpangan ekonomi. Ketiga ekonom tersebut adalah Daron Acemoglu, Simon Johnson dan James A Robinson.
Laporan AP pada Selasa (15/10/2024) Para ekonom ini menyelidiki mengapa beberapa negara makmur sementara yang lain masih miskin. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa negara-negara dengan masyarakat terbuka dan institusi demokrasi yang kuat cenderung mengalami pertumbuhan.
Komite Nobel menekankan bahwa pekerjaan mereka menekankan pentingnya institusi sosial dalam berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Johnson dan Acemoglu bekerja di Massachusetts Institute of Technology (MIT) sedangkan Robinson melakukan penelitiannya di Universitas Chicago.
Jakob Svensson, ketua Komite Penghargaan Ilmu Ekonomi, mengatakan penelitian ini menunjukkan alasan utama mengapa beberapa negara berhasil dan negara lainnya gagal.
Acemoglu mengaku terkejut menerima penghargaan tersebut. Ekonom Turki berusia 57 tahun ini menekankan bahwa penelitiannya mendukung pentingnya demokrasi. Namun penerapan demokrasi bukanlah solusi instan dan seringkali menimbulkan tantangan baru, termasuk konflik.
Robinson juga menyatakan skeptisismenya dalam wawancaranya dengan AP bahwa Tiongkok dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi jika terus menggunakan sistem politik yang represif. Ia mencontohkan banyak contoh masyarakat otoriter seperti Uni Soviet yang berhasil berkembang dalam jangka pendek namun gagal dalam jangka panjang.
Acemoglu dan Robinson terkenal karena buku mereka Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty (2012). Dalam buku ini, mereka menekankan bahwa kemiskinan seringkali disebabkan oleh faktor buatan manusia, khususnya institusi politik dan ekonomi yang dikecualikan.
Johnson, sebaliknya, menyebut masalah ekonomi AS mempengaruhi globalisasi dan otomatisasi yang melemahkan kelas menengah. Johnson juga menekankan pentingnya pengelolaan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI).
“AI dapat menjadi alat untuk memberdayakan atau meningkatkan kesenjangan, bergantung pada cara kita mengelolanya,” kata Johnson.