Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Program “Jalan Tol Laut” yang dicanangkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tak hanya mampu mewujudkan pemerataan logistik di wilayah timur Indonesia, namun menjadi angin segar bagi sejumlah pihak. orang. Untuk meningkatkan perekonomian daerah.

Menteri Perhubungan (Manhub) Budi Karya Sumadi melihat, Merauke yang kini menjadi penghasil beras berkontribusi besar dalam mengisi backlog dan mendongkrak perekonomian daerah.

“Contohnya di Merauke, dulunya singgah di tol laut. Sekarang menjadi penghasil beras. Hampir seluruh Papua dicakup oleh Merauke. Ini yang akan kita kembangkan di pemberhentian lain,” ujarnya di Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Jakarta. “Kesetaraan Dan 10 Tahun Mempersatukan Indonesia Untuk Keadilan” dijelaskan dengan tema tersebut.

Perubahan status Marauke dari persinggahan menjadi produsen beras tidak bisa dilakukan secara instan. Peran aktif pemerintah daerah (PEMDA) dan masyarakat lokal menjadi kunci pemanfaatan jalur laut. Pemerintah daerah diharapkan proaktif mendorong masyarakat memproduksi barang-barang yang bisa dijadikan kargo untuk dikembalikan ke wilayah barat.

Menhub mengatakan transformasi ini membuktikan kehadiran Tol Laut tidak hanya sekedar penghubung infrastruktur, namun menjadi pemicu pembangunan perekonomian daerah. “Program ini akan memberikan angin segar bagi daerah-daerah yang menghadapi disparitas harga bahan pokok akibat kendala logistik,” ujarnya.

Sejak didirikan pada tahun 2015, Jalan Tol Maritim telah mengalami banyak perkembangan baik dari segi rute, armada maupun dampaknya terhadap perekonomian daerah tertinggal, terdepan, pinggiran dan terdepan (3TP). Pada saat diluncurkan, program ini hanya melayani 11 rute dengan subsidi penuh dari pemerintah. Namun kini sudah berkembang pesat hingga mencapai 39 penerbangan.

Pemerintah telah mengidentifikasi wilayah timur sebagai prioritas program jalur laut yang kondisi perekonomiannya masih memerlukan dukungan. Dengan memilih titik-titik di wilayah 3TP yang kondisi perekonomiannya kurang berkembang dan ketimpangan harga bahan pokok yang tinggi, program ini dapat memberikan dampak yang nyata.

“Presiden turun tangan dan mengatakan logistik di kawasan timur bukan yang terbaik. Berdasarkan hal tersebut, diambil inisiatif untuk menghubungkan Barat ke Timur melalui infrastruktur komunikasi berbiaya rendah,” jelasnya.

Dalam upaya mendukung jalur laut, pemerintah membangun 100 kapal untuk mendukung armada Tol Laut dan memimpin transportasi ke daerah-daerah terpencil. Dari 39 rute yang beroperasi, sebagian besar masih disubsidi pemerintah. Namun, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di wilayah ini di masa depan, banyak rute yang mungkin beralih ke transportasi komersial.

Contoh sederhananya, di darat seperti Kopja. Subsidi di darat tidak mencapai ambang batas yang ditentukan (BEP). Seperti jalur laut, angkutan bersubsidi ini bisa diubah menjadi angkutan niaga jika volume muatan mencukupi, jelasnya. .

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan pencairan subsidi pemerintah yang efisien hanya pada jalur-jalur yang benar-benar memerlukan dukungan. Contoh nyata perubahan tersebut dapat dilihat di Maluku Utara (Malut). Awalnya, jalur Malut disubsidi penuh pemerintah untuk mengangkut 20-40 kontainer. Namun seiring berjalannya waktu, jalur ini kini bisa berfungsi mandiri tanpa subsidi. Subsidi yang sebelumnya dialokasikan ke Maluku Utara dapat dialihkan ke kota lain yang masih membutuhkan dukungan.

Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap subsidi pemerintah dapat berkurang secara bertahap seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian di daerah tersebut sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan kepada daerah lain yang masih memerlukannya.

Budi Karya juga menjelaskan keberhasilan Program Pembayaran Maritim tidak hanya diukur dari jumlah penerbangan dan volume kargo yang diangkut, namun juga kemampuan daerah dalam menyediakan kargo return. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah daerah yang tadinya hanya terbatas pada jalur laut, kini menjadi produsen komoditas primer yang signifikan dan berkontribusi terhadap daerah lain.

“Beliau selalu mengkhawatirkan aktivitas dan transportasi yang maksimal. Kalau bicara kargo, pengisian ini merupakan indikasi keberhasilan Program Tol Laut,” jelasnya.

Budi juga menegaskan, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk mendorong masyarakat agar lebih produktif dan membawa hasil bumi ke wilayah barat melalui jalur laut guna menciptakan siklus perekonomian yang lebih baik bagi wilayah tersebut.

“Di satu sisi kita sedang membangun tol laut, dan di sisi lain Pemprov sedang menggairahkan produksi yang menjamin kelancaran transportasi masyarakat ke wilayah barat. Kalau mereka bisa mengirim, mereka akan mendapat uang, ekonomi. siklus akan bangkit kembali,” tegasnya.

Dengan pembangunan berkelanjutan, program Tol Laut diharapkan dapat menciptakan rantai perekonomian yang lebih seimbang antara wilayah barat dan timur Indonesia. Program ini telah membuktikan bahwa dengan perencanaan yang matang dan dukungan luas dari inisiatif pemerintah pusat dan daerah, daerah tertinggal dapat menjadi produktif sehingga berkontribusi terhadap stabilitas perekonomian nasional.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *